kekasih hatiku
Inwanu soffa begitulah nama lelaki yang aku cintai,
lelaki yang telah berumur 21 tahun.
Lelaki yang tinggal di bekasi tepatnya di bintara 8. Berhidung mancung,
bertubuh tinggi, berbahu bidang itulah sosok lelakiku. Dia adalah senior di
tempat kuliahku. Lelaki yang sangat mencintai dan menghormati ibunya. lelaki
yang cuek, lelaki yang kadang humoris, lelaki yang mempunyai senyum freak,
lelaki yang mempunya visi kedepan, lelaki yang berfikir maju, lelaki yang aku
idam-idamkan.
Aku
dipertemukan dengan dia disalah satu rumah sakit di daerah jakarta utara, aku
sangat asing dengan dia, karena wajahnya belum pernah ku lihat. Akhirnya aku
berkenalan dan kami mulai berkomunikasi. Semenjak waktu itu aku semakin dekat
dengannya, awalnya kami saling menjodohkan satu sama lain, aku berniat
menjodohkan dia dengan sahabat aku, begitupun dengan dia yang menjodohkan aku
dengan sahabatnya.
Sempat
terlintas dipikiranku, bagaimana bila ku memiliki hubungan yang lebih dengannya,
dari pada aku menunggu lelaki yang datang kepadaku mendingan aku bersama
dengannya yang jelas-jelas aku kenal, namun aku hanya berbicara dalam hati dan
mengubur niat itu dalam-dalam, setelah praktek dirumah sakit dijakarta utara
itu berakhir hubungan kamipun ikut berakhir sampai disitu dan melanjutkan
praktek-praktek di rumah sakit lain, kamipun sudah tidak pernah berkomunikasi
lagi karna sibuk dengan urusan masing-masing.
Praktekpun
berakhir, liburan menyambutku. Disela-sela liburanku dia pun menyapa ku lewat
pesan singkat, menanyakan sesuatu tentang urusan kuliah. Akupun sangat senang
bisa berkomunikasi dengannya lagi, liburan pun berakhir kamipun kembali
kekampus untuk melanjutkan semester empat sedangkan dia melanjutkan semester
enamnya. Lelaki yang dulu jarang aku lihat entah kenapa jadi sering terlihat
dimana-mana. Dikantin, diparkiran, dimusholla,dimanapun. Sehingga kamipun
saling bertemu dan bertegur sapa.
Kadang
aku suka tersipu ketika melihat wajahnya, melihat senyumnya, dia mungkin tidak
tau betapa aku bahagia bila sesekali dia menyapaku, mengucapkan terima kasih,
membicarakan sesuatu hal. Dia juga ga pernah tau, aku sempat kehilangan sweater
kesayanganku karna saking senangnya aku berbicara dengannya sampai aku lupa
meletakannya dimana. Mungkin ini aneh tapi begitulah aku.
Pada
suatu malam, entah mengapa aku ingin chatting dengannya, banyak pertanyaan yang
aku tanyakan untuk dapat berlama-lama chatting dengannya. Ini adalah caraku
untuk bisa dekat dengannya. Dan dimalam itu juga dia menanyakan perasaanku,
menanyakan apakah aku menyukai dirinya, aku sangat kaget karna aku tidak
menyangka dia menanyakan hal itu. Awalnya aku takut dia hanya bercanda tapi dia
kembali meyakinkan ku sampai pada akhirnya aku menerima dirinya, mungkin selama
ini dia merasakan hal yang sama seperti apa yang aku rasakan.
Keesokan
harinya kamipun bertemu dikampus kembali, awalnya aku tersipu, aku malu bila
bertemu dengannya layaknya cewe abg yang baru jatuh cinta. Minggu-minggu awal
kami juga sempat backstreet dari teman-teman dikampus, karna dua mantan pacarku
adalah teman satu kelas dari dia. Aku takut orang-orang menertawakan ku,
ngejudge aku sebagai wanita giliran.
Sampai
pada akhirnya hubungan kamipun terbuka, ketakutanku benar, ternyata banyak
orang-orang yang ngejudge hubungan kami, bahkan aku pernah dengar ada seseorang
yang berkomentar “lihat saja hubungan mereka hanya bertahan beberapa bulan
saja, cewe itukan hanya jadi giliran dikelas saya saja”. Hancur banget rasanya
hati ini mendengar komentar mereka yang tidak mengerti apa-apa. Aku sempat
menangis tetapi dia selalu mengajariku untuk bersabar dan mengajariku untuk
tidak menghiraukan komentar-komentar orang. Karna dialah aku kuat dan mampu
bertahan.
Hari
berganti hari, hubungan kamipun berjalan dengan mulus, kami saling berbagi,
saling perhatian satu sama lain, saling menginggatkan dalam kebenaran, saling
mengasihi. Akupun sangat bahagia karna aku memiliki kekasih seperti dia. Selama
berminggu-minggu aku sedikit-sedikit mengerti tentang dia. Banyak waktu yang
kita lakuakan bersama bahkan kami juga sering bertengkar, beradu pendapat,
saling cemburu. Tetapi kami saling memaafkan.
Bulan
berikutnya, hubungan kamipun tidak semulus apa yang dibayangkan, banyak
krikil-krikil yang mengganggu kami. Entah mengapa kini dia berubah, dia mulai
mengabaikanku, tidak mempedulikanku lagi. aku sempat menanyakan hal yang tidak
enak ini kedia. Tapi kata dia “dia hanya lagi malas dan lagi tidak suka dengan
hubungan kita yang kaya begini”. Aku mencoba mengerti dengan kondisi dia yang
begini, aku cuma berharap kalau dia bisa kembali seperti dulu lagi.
Terkadang
sempat aku menyerah untuk hubungan ini, tapi setelah aku fikir kembali ternyata
aku harus memperjuangakn cinta kami. Karna aku masih membutuhkan dia, aku masih
menyayangi dia. Karna cintalah aku mampu bertahan. Karna didekat dia aku merasa nyaman.
Komentar
Posting Komentar