MAKALAH TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI LUMBAL SAKRUM DENGAN KLINIS LBP



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Daerah lumbal terdiri atas Lumbal 1 sampai Lumbal 5 dan Lumbal 5 – Sakrum 1 yang paling besar menerima beban atau berat tubuh sehingga daerah lumbal menerima gaya dan stress mekanikal paling besar sepanjang vertebra.Disamping itu, gerakan membawa atau mengangkat objek yang sangat berat biasanya dapat menyebabkan terjadinya cidera pada lumbar spine.
Nyeri pinggang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi. Kondisi-kondisi yang umumnya menyebabkan nyeri pinggang adalah strain lumbar, iritasi saraf, radiculopathy lumbar, gangguan pada tulang (stenosis spinal, spondylolisthesis), kondisi-kondisi sendi dan tulang (spondylosis), dan kondisi-kondisi tulang kongenital (spina bifida dan skoliosis).nyeri   pinggang dibagi atas 2 bagian yaitu mekanikal nyeri pinggang dan non-mekanikal nyeri pinggang. Mekanikal nyeri pinggang terdiri dari lumbar strain/sprain, spondylosis lumbal, piriformis syndrome, herniasi diskus, spinal stenosis, fraktur kompresi osteoporotik, spondylolisthesis, fraktur traumatik, dan penyakit kongenital (skoliosis).
Spondylosis lumbal merupakan penyakit degeneratif pada corpus vertebra atau diskus intervertebralis. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita. Faktor utama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan spondylosis lumbal adalah usia, obesitas, duduk dalam waktu yang lama dan kebiasaan postur yang jelek. Pada faktor usia menunjukkan bahwa kondisi ini banyak dialami oleh orang yang berusia 40 tahun keatas.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana prosedur pelaksanaan teknik pemeriksaan pada Kasus Lumbal Sakrum dengan Klinis LBP ( Low Back pain )di Instalasi Radiologi RSUD KOJA ? 

1.3 TUJUAN PENULISAN
a.       Menambah pengetahuan tentang teknik pemeriksaan radiografi LUMBAL SAKRUM Proyeksi AP(Antero- Posterior) dan Lateral pada kasus LBP( Low Back Pain)yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD KOJA.
b.       Dapat mengetahui dan melakukan teknik pemeriksaan radiografi Lumbal Sakrum.
c.       Dapat menerapkan kaidah  proteksi radiasi dalam pemotretan Lumbal Sakrum.
d.      Memenuhi tugas laporan praktek kerja lapangan I di RSUD KOJA.


1.4 METODE PENULISAN
Metode penulisan yang dilakukan adalah:
1.      Observasi.
        Melakukan pengamatan secara langsung di Instalasi Radiologi RSUD KOJA
2.      Studi pustaka.
         Membaca berbagai literatur yang berhubungan dengan kasus yang diambil.

1.5 MANFAAT PENULISAN
Dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana cara pemeriksaan Lumbal Sakrum



















BAB II
DASAR TEORI

2.1            DEFINISI SPYNDOLOSIS LUMBAL
Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulang belakang. Spondilosis lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri khas bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti perubahan pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari tulang (osteofit), yang terutama terletak di aspek anterior, lateral, dan kadang-kadang posterior dari tepi superior dan inferior vertebra centralis (corpus). Secara singkat, sponsylosis adalah kondisi dimana telah terjadi degenerasi pada  sendi intervertebral yaitu antara diskus dan corpus vertebra dan ligamen (terutama ligamen flavum).

2.2 ANATOMI FISIOLOGI
            2.2.1 Anatomi 
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur yang lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Diantara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan Panjang rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57 – 67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang-tulang terpisah dari 19 ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang. Kolumna vertebra terdiri dari 7 vertebra servikal atau ruas tulang leher, 12 vertebra thorakal atau ruas tulang punggung, 5 vertebra lumbal atau ruas tulang pinggang, 5 vertebra sacrum atau ruas tulang kelangkang, 4 vertebra koksigeus atau ruas tulang tungging.Anatomi yang akan diuraikan dalam Laporan kasus ini merupakan anatomi yang berhubungan dengan pemeriksaan Lumbosakral yang terdiri atas vertebra lumbal dan sakrum.








https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8A_XyQmvxnGb5AJJOd_5rcV7wYj3r5OnO_fkNkFuZxFOe7A5xCd0JdjPu5kXccLTboEtZoFlEDbHjVPO4CQ7EWAQOnhXf_yS01Y7WxpU2F2vFTiur4-xVP0n_3JdxovVaCJ7sdl2tZ84/s320/lumbal-300x260.jpg


a. Lumbal

(gambar 1.1 vertebara Lumbal )

Vertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar. Badannya lebih besar dibandingkan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusnya lebar, tebal, dan berbentuk seperti kapak kecil. Prosesus transversusunya panjang dan langsing. Apophyseal joint dari lumbal lebih ke posterior dari coronal plane, artikulasi ini dapat dilihat dengan posisi oblik. Foramen intervertebralis dari lumbal berada ditengah dari sagital plane.
Vertebra lumbal terdiri dari dua komponen, yaitu komponen anterior yang terdiri dari korpus, sedangkan komponen posterior yaitu arkus vertebralis yang terdiri dari pedikel, lamina, prosesus transverses, prosesus spinosus dan prosesus artikularis. Setiap dua korpus vertebra dipisahkan oleh discus intervertebralis dan ditahan serta dihubungkan satu dengan yang lain oleh ligamentum.
Foramina vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit lebih besar dari milik vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra servikalis. Bagian bawah dari medulla spinalis meluas sampai foramen vertebra lumbalis satu, foramen vertebra lumbal lima hamya berisi kauda equina dan selaput – selaput otak.


Prosesus transversus berbentuk tipis dan panjang kecuali pada vertebra lumbal lima yang kuat dan tebal. Berukuran lebih kecil daripada yang terdapat pada vertebra thorakalis.
Prosesus spinosus berbentuk tipis, lebar, tumpul dengan pinggir atas mengarah ke arah bawah dank e arah dorsal. Prosesus ini dapat diketahui kedudukannya dengan cara meraba atau palpasi.
Prosesus artikularis superior meripakan fasies artikularis yang sekung dan menghadap posteromedial, sebaliknya fasies artikularis inferiornya cembung dan menghadap ke anterolateralis.

b.Sakrum
Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (atau tulang koxa) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis(panggul). Dasar dari sacrum terletak di atas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi intervertebral yang khas. Tepi anterior dari basis sacrum membentuk promontorium sakralis.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvmNebp6p0mcwh6SEga_rDgqGc3TusQLBvOtx9B_c950s4qcG9qL3kePRfYnoQJeiY_-z76T-GaLC58FnMRtlH3RMTBOpLxVVw1bgBRSMniLOB89yn_GEurZi-5AhhwE3gzjGRxDTuMjk/s320/SAK.jpg

Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis vertebralis (saluran tulang belakang) dan memang lanjutan daripadanya. Dinding kanalis sakralis berlubang-lubang untuk dilalui saraf sacral. Prosesus spinosus yang rudimenter dapat dilihat pada pandangan posterior dari sacrum. Permukaan anterior sacrum adalah cekung dan memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis.


(gambar  1.2 Vertebra sakrum)
Pada ujung gili-gili ini, disetiap sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk dilewati urat-urat saraf. Lubang-lubang ini disebut foramina. Apex dari sacrum bersendi dengan tulang koksigeus. Di sisinya, sacrum bersendi dengan tulang ileum dan membentuk sendi sakro-iliaka kanan dan kiri.

2.2.2 Fisiologi
Kolumna vertebralis merupakan bagian dari rangka batang badan. Berfungsi untuk menyalurkan berat kepala, ekstrimitas atas dan batang badan pada tulang panggul. Juga berfungsi untuk melindungi medula spinalis serta selaput otaknya yang mempunyai tempat di kanalis vertebralis. Fungsi ketiga dari kolumna vertebralis adalah untuk menghasilkan gerakan-gerakan serta menjadi tempat lekat dari otot-otot.
Vertebra lumbosakaral merupakan bagian dari tulang belakang/kolumna vertebralis yaitu susunan tulang-tulang kecil yang dinamakan ruas tulang belakang. Tulang belakang gunanya adalah untuk menahan kepala dan alat-alat tubuh yang lain, melindungi sumsum tulang belakang yaitu lanjutan dari sumsum penyambung otak yang terdapat di dalam saluran tulang belakang dan tempat tulang-tulang panggul bergantung.

2.3 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
            Spondylosis lumbal muncul karena proses penuaan atau perubahan degeneratif.  Spondylosis lumbal banyak pada usia 30 – 45 tahun dan paling banyak pada usia 45 tahun. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita daripada laki-laki. Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan spondylosis lumbal adalah (Bruce M. Rothschild, 2009). :
a.       Kebiasaan postur yang jelek
b.      Stress mekanikal akibat pekerjaan seperti aktivitas pekerjaan yang melibatkan gerakan mengangkat, twisting dan membawa/memindahkan barang.
c.       Tipe tubuh

2.4     PATOFISIOLOGI
Perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis antara lain:
a. Annulus fibrosus  menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar dan muncul              retak pada berbagai sisi.
b. Nucleus pulposus kehilangan cairan
c. Tinggi diskus berkurang
d. Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus dan dapat            hadir tanpa menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala.
Sedangkan pada corpus vertebra, terjadi perubahan patologis berupa adanya lipping yang disebabkan oleh adanya perubahan mekanisme diskus yang menghasilkan penarikan dari periosteum dari annulus fibrosus. Dapat terjadi dekalsifikasi pada corpus yang dapat menjadi factor predisposisi terjadinya crush fracture.
Pada ligamentum intervertebralis dapat menjadi memendek dan menebal terutama pada daerah yang sangat mengalami perubahan. Pada selaput meningeal, durameter dari spinal cord membentuk suatu selongsong mengelilingi akar saraf dan ini menimbulkan inflamasi karena jarak diskus membatasi canalis intervertebralis.
Terjadi perubahan patologis pada sendi apophysial yang terkait dengan perubahan pada osteoarthritis. Osteofit terbentuk pada margin permukaan articular dan bersama-sama dengan penebalan kapsular, dapat menyebabkan penekanan pada akar saraf dan mengurangi lumen pada foramen intervertebralis.






















BAB III
PENATALAKSANAAN
3.1 Profil Kasus.
Pada laporan ini akan membahas tentang adanya profil kasus Lumbal sakrum pada indikasi LBP(Low back pain ) pada Spyndolyosis Lumbal yang terjadi di RSUD KOJA. pada pasien :
   Nama                           : Ny. Halimah
  Umur                            : 57 tahun
  Jenis Kelamin              : Perempuan
  Keterangan Klinis        : LBP(low back pain)
 Definisi analisa             : -  Spyndolyosis Lumbal
                                      
       3.2 Riwayat pasien
         Seorang Perempuan 57 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri        pinggang bawah menjalar ke tungkai. Awalnya pasien merasakan nyeri pada pinggang, kemudian pasien berobat ke tukang urut. Keesokan harinya pasien merasakan nyeri menjalar ke tungkai kanan bawah. Nyeri timbul tiba-tiba, terasa seperti berdenyut dan ditusuk-tusuk. Nyeri pinggang menjalar ke sisi luar tungkai kanan hingga ke ibu jari kaki. Nyeri bertambah jika pasien bangkit dari duduk dan saat batuk. Nyeri berkurang saat pasien tidur dengan memiringkan badan ke sisi yang tidak sakit. Pasien merasakan sedikit bebas pada tungkai kanannya. Kelemahan anggota gerak tidak adaBAB dan BAK biasa. Demam tidak ada. Penurunan berat badan tidak ada. Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga .hal ini terjadi berapa selang stelah melahirkan anak yang ke2.

3.3 Pembahasan Kasus
Dalam kasus ini, Pemeriksaan Lumbal Sakrum di Instalasi Radiologi RSUD KOJA tidak memerlukan persiapan khusus, cukup memberikan penjelasan kepada pasien mengenai jalannya pemeriksaan supaya pasien merasa nyaman. Pasien di suruh ganti baju serta diberitahu untuk melepas benda-benda yang bersifat radioopaque.
Pada prosedur pemeriksaan diagnostik menggunakan Proyeksi AP dan Lateral dalam pemeriksaan tersebut . Pemeriksaan radiografi ini dilakukan untuk mendiagnosa dan meyakinkan persyarafan pada sendi tulang Vertebra Lumbosakral yang menyebabkan LBP (low back pain) Yang biasa disebut nyeri tulang belakang dan juga  serta membahas kesesuaian pemeriksaan di lapangan dengan teori yang ada.
3.3 Pelaksanaan pemeriksaan
3.3.1   Persiapan pasien
Tidak ada persiapan khusus pada pemeriksaan Lumbal Sakrum , hanya melepaskan benda-benda yang dapat menimbulkan artefak pada radiograf.
3.3.2   Persiapan Alat
a.      Pesawat sinar-X.
b.      Kaset ukuran 30x40cm.
c.       Marker R dan L.
d.      CR (Computer Radiografi)
3.3.3  Tehnik Pemeriksaan
A. Pemeriksaan Lumbal Sakrum AP (antero-posterior) :
Gambar 1.3 (Posisi Anteroposterior  Vertebra LumbaL Sakrum)


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNTGqso0X0PzAbd7hif2b0BU6HUrLOldsNHCYDIKyBNefukiDtcRJpNn8AR28mHEExVdU7j_XdhHdykEZ9vqDYtmjP94Cu3cUb-yBKuZuJafE1Z6DsMBkWPpBop776o0cWuOoVS4z-YTQ/s1600/Untitled.gif

a.        Posisi pasien
Tidur supine di atas meja pemeriksaan, tangan disamping badan.
b.       Posisi objek  
          Pusatkan MSP (Mide Sagital Plane) tubuh ditengah garis meja, untuk mencegah rotasi tulang belakang, tempatkan bahu dan pinggul pada bidang horisontal dan sesuaikan MSP(Mide Sagital Plane) kepala sehingga sejajar pada bidang yang sama dengan tulang belakang. Elbow difleksikan dan tempatkan kedua tangan diatas dada. Pastikan tidak ada rotasi pada pelvis dan kedua lutut diluruskan.
c.       Central Ray
       Tegak lurus dengan bidang film

d.       Central Point
        Pada MSP(Mide Sagital Plane)  Diantara Lumbal 4 – Lumbal 5 atau setinggi dengan crista illiaca
e.    Film Focus Distance (FFD)
      FFD berjarak 100 cm.
f.     Faktor eksposi
  kVp : 73, mAs : 16
g.    Kaset
 30 X 40 cm.
h.    Kolimasi



Batas atas prosesus xypoidius, batas bawah simpisis pubis, dan atur batas kanan kiri agar lumbosakrum tidak terpotong

Gambar 1.4 (Posisi AP Vertebra LumbaL Sakrum)


i.          Kriteria gambar :
  1. Tampak vertebra lumbal,
  2. space intervertebra,
  3. prosessus spinosus dalam satu garis pada vertebra,
  4. prosessus transversus kanan dan kiri berjarak sama.
  5. Tampak marker R/L
  6. Kolimasinya sesuai dengan objek yang diperiksa

B. Pemeriksaan Lumbal Sakrum Lateral

a.Posisi pasien
   Pasien lateral recumbent, kepala di atas bantal, knee fleksi, dibawah knee dan  ankle diberi pengganjal.
b.Posisi objek  
       Pasien tidur miring kearah yang diperiksa, knee joint fleksio, pinggul diganjal untuk mengurangi tekanan. Bidang coronal median tubuh segaris dengan mid line meja sehingga sumbu panjang tulang belakang terletak pada bidang mid line meja. Beri pengganjal pada kepala pasien sehingga MSP(Mide Sagital Plane) kepala sejalan dengan tulang belakang. Elbow fleksi, untuk mencegah rotasi lutut diganjal dengan alat fiksasi. Gunakan gonad pada pasien pria. Beri aba-aba pada pasien untuk menahan napas pada saat ekspos.
c .Central Ray
       Tegak lurus kaset
d. Central Point
     (a) Setinggi Krista iliaka (interspace L4-L5) untuk memperlihatkan lumbal            acrum dan posterior Cocygeus.
   
 (b) Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di atas crista iliaka) untuk            memperlihatkan lumbal.
e.    Film Focus Distance (FFD)
                 FFD berjarak 100 cm.
          f.     Faktor eksposi
                 kVp: 80 :  mAs :25
         g.    Kaset
                30 X 40 cm.
         h.    Kolimasi



                   Batas atas prosesus xypoidius, batas bawah simpisis pubis, dan atur batas kanan                  kiri agar organ lumbosakrum mencangkup keseluruhan.
Gambar 1.5 (Posisi Lateral Vertebra LumbaL Sakrum)


i.                    Kriteria gambar :  
1.      Tampak foramen intervertebralis Lumbal 1 – Lumbal 4,
2.      Corpus  vertebrae,
3.      space intervertebrae,
4.      prosessus spinosus dan Lumbal 5 – Sakrum 1.







3.4 Proteksi radiasi
Proteksi Radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan teknik kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi pengion. 
Filosofi proteksi radiasi yang dipakai sekarang ditetapkan oleh Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi (International Commission on Radiological Protection, ICRP) dalam suatu pernyataan yang mengatur pembatasan dosis radiasi, yang intinya sebagai berikut: 

1. Suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai keuntungan yang positif dibandingkan dengan risiko, yang dikenal sebagai azas justifikasi
2. Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang bisa dicapai (as low as reasonably achievable, ALARA) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial, yang dikenal sebagai azas optimasi
3. Dosis perorangan tidak boleh melampaui batas yang direkomendasikan oleh ICRP untuk suatu lingkungan tertentu, yang dikenal sebagai azas limitasi

Konsep untuk mencapai suatu tingkat serendah mungkin merupakan hal mendasar yang perlu dikendalikan, tidak hanya untuk radiasi tetapi juga untuk semua hal yang membahayakan lingkungan. Mengingat bahwa tidak mungkin menghilangkan paparan radiasi secara keseluruhan, maka paparan radiasi diusahakan pada tingkat yang optimal sesuai dengan kebutuhan dan manfaat dari sisi kemanusiaan. 
Menurut Bapeten, nilai batas dosis dalam satu tahun untuk pekerja radiasi adalah 50 mSv (5rem), sedang untuk masyarakat umum adalah 5 mSv (500 mrem).

3.4.1      Proteksi radiasi untuk masyarakat umum :
    1. Nilai batas dosis radiasi untuk masyarakat umum adalah 5 mSv/tahun atau 1/10 dari pekerja radiasi.
    2. Nilai batas dosis untuk penyinaran lokal adalah 50 mSv (5 rem) / tahun selain lensa mata 15 mSv (1,5 rem) / tahun.
    3. Pengantar pasien atau perawat tidak diperbolehkan berada di dalam ruang pemeriksaan pada waktu eksposi.
    4. Bangunan instalasi radiologi dirancang sedemikian rupa sehingga radiasi hambur dapat diserap.

3.4.2   Proteksi radiasi untuk pasien
a.       Membatasi luas lapangan penyinaran.
b.      Gunakan apron untuk melindungi gonad pasien, ini seharusnya dilakukan pada pasien.
c.       Mengatur dosis radiasi sesuai kondisi obyek yang akan diperiksa/meminimalisasi dosis radiasi.
d.      Memposisikan pasien dengan benar sehingga dapat mengurangi terjadinya pengulangan pemotretan.
3.4.3    Proteksi radiasi untuk pekerja radiasi :
a.       Nilai batas dosis pekerja radiasi adalah 50 mSv/tahun atau ( 5 rem) / tahun.
b.      Pekerja radiasi tidak dibenarkan memegang pasien selama eksposi.
c.       Hindari penyinaran bagian-bagian yang tidak terlindungi.
d.      Pemakaian sarung tangan, apron yang berlapis Pb dengan tebal 0,5 mmPb.
e.       Gunakan alat pengukur radiasi.
f.       Periksa perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan apabila ada kemungkinan bocor/rusak.

















BAB IV
PENUTUP
 Kesimpulan
Berdasarkan paparan kasus Lumbo sakral dengan indikasi spyndyolosis Lumbal di Instalasi Radiologi RSUD KOJA dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Dengan pemeriksaan Lumbo sakral posisi AP(Antero-Posterior) Dan Lateral dapat diketahui dengan jelas bahwa  telah terjadi degenerasi pada  sendi intervertebral yaitu antara diskus dan corpus vertebra .
2.     Foto proyeksi AP Dan Lateral Sudah Cukup menegakkan Diagnosa pada pemeriksaan tersebut.
3.    Apabila proyeksi AP dan Lateral kurang, pemeriksaan kembali dapat dilakukan dengan pemeriksaan lumbal dinamik. Yaitu flexi dan extensi.



















                                                                                                    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu tak terbalas

HBD Handaru!!!!!