Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2014

Rindu tak terbalas

Rindu tak terbalas . . .             Kini rasa rindu di dada ini begitu sesak, sakit rasanya menahan rindu kepada seseorang yang malah mengabaikanmu. Kesal yang hanya bisa ku lakukan saat ini. Sudah banyak cara untuk aku mengungkapkannya, mulai dengan mengirimkan text kepadanya, mencoba menelponnya tapi percuma saja rasa rinduku kini tak terbalas lagi.    Padahal dahulu keadaannya tidak begini, dahulu bila aku rindu kepadanya, dia selalu membalas rasa rinduku, dia selalu menyempatkan waktunya untuk bersamaku. Tapi kini semunya sudah berubah, tidak ada pesan singkat darinya lagi, tidak ada terdengar suara sendu dia lagi, tidak ada senyuman freak dia lagi, tidak ada yang menemani aku bila aku lagi sedih, tidak ada yang mengingatkanku makan lagi, tidak ada lagi yang mengajarkan arti sabar, banyak semua yang aku rindui dari dirinya. Aku kangen dengan pangilan “beb” untukku, aku kangen dengan genggaman tangannya, aku...

Untuk pria bertatapan mata sendu, bertubuh tinggi, bersuara merdu.

         Terima kasih untuk tiga belas minggu yang pernuh warna-warni, penuh hujan dan pelangi, penuh tanya dan misteri, terima kasih untuk percakapan manis dalam setiap pesan singkat kita, dalam setiap sambungan telepon, dalam setiap tawa, terima kasih untuk kisah-kisah baru yang membuat aku lengkap sebagai perempuan.   Terima kasih untuk kamu yang telah mengajari ku arti sabar, mengajari aku apa itu dewasa, mengajariku bagaimana menjalani hari-hari tersulitku, terima kasih untuk selalu mengingatkan ku untuk selalu dekat dengan tuhanku, terima kasih untuk semua senyum freak kamu kalo lagi ngeliatin aku, terima kasih buat semua   perhatian kamu, terima kasih buat semua yang telah kau lakukan buat aku. Aku tau kita belom berakhir tapi aku takut habis ini kita akan beneran berakhir, aku ga begitu yakin kita bisa masih terus bersama-sama. karna aku melihat sikap mu yang tidak seperti dulu. Ini berat buat aku, semoga ini cuma rasa...

Ketakutanku

Aku menulis setelah air mataku mengering, setelah sesak didada ini menghilang. Aku tidak tahu apa yang membuatmu berubah seperti ini, aku selalu bertanya mengapa kamu berubah? Apa salah dariku? Apa ada wanita lain? Apa aku sudah tidak menarik lagi? Banyak sekali pertanyaan yang selalu dalam pikiran ku. Sudah sebulan lebih kamu bersikap dingin padaku, mungkin awalnya aku fikir kamu sibuk, kamu lelah dengan praktekmu.   Aku mengerti. Tapi yang tidak aku mengerti setelah praktek selesai mengapa kamu masih bersikap dingin kepadaku? Mengapa kau masih tidak mempedulikanku? Apa mungkin kamu bosan? Atau kamu sudah tidak sayang lagi? Kini aku hanya bisa menulis untuk mengungkapkan isi hatiku, aku tidak berani untuk menanyakan kejelasan hubungan kita, aku takut hubungan kita segera berakhir. Aku takut untuk kehilangan semua kebahagiaan ku, aku takut untuk kembali sakit hati lagi. Memang kedengarannya egois tapi ini yang aku mau, walau sangat sulit menjalani hari-hari ini sendiri...

kekasih hatiku

            Inwanu soffa begitulah nama lelaki yang aku cintai, lelaki yang telah berumur 21 tahun.   Lelaki yang tinggal di bekasi tepatnya di bintara 8. Berhidung mancung, bertubuh tinggi, berbahu bidang itulah sosok lelakiku. Dia adalah senior di tempat kuliahku. Lelaki yang sangat mencintai dan menghormati ibunya. lelaki yang cuek, lelaki yang kadang humoris, lelaki yang mempunyai senyum freak, lelaki yang mempunya visi kedepan, lelaki yang berfikir maju, lelaki yang aku idam-idamkan. Aku dipertemukan dengan dia disalah satu rumah sakit di daerah jakarta utara, aku sangat asing dengan dia, karena wajahnya belum pernah ku lihat. Akhirnya aku berkenalan dan kami mulai berkomunikasi. Semenjak waktu itu aku semakin dekat dengannya, awalnya kami saling menjodohkan satu sama lain, aku berniat menjodohkan dia dengan sahabat aku, begitupun dengan dia yang menjodohkan aku dengan sahabatnya. Sempat terlintas dipikiranku,...